Jurnal Foto

Merekam Keanggunan Masjid Camii Tokyo Lewat Lensa Wide

 Masjid Camii Tokyo  28 Januari 2023

Pagi itu, udara Tokyo masih sejuk meski mentari mulai meninggi. Aku berdiri di depan bangunan yang megah dan memesona: Mesjid Camii Tokyo, mesjid Turki yang berdiri anggun di kawasan Shibuya. Dari kejauhan saja, arsitektur Ottoman klasiknya sudah mengundang decak kagum. Kubah besar berwarna biru kehijauan menjulang, diapit menara setinggi langit yang membuat siapa pun merasa kecil di hadapannya.

Hari itu aku membawa kamera Gopro, karena aku tahu—hanya dengan sudut pandang yang luas, aku bisa menangkap keagungan bangunan ini secara utuh.

Begitu melangkah lebih dekat, tantangannya langsung terasa. Ruang terbuka di sekeliling mesjid tidak terlalu luas, sementara bangunan itu menjulang dan penuh detail. Dengan lensa standar, pasti hanya bisa mengambil potongan kecil fasad. Tapi dengan lensa wide, aku bisa mundur sedikit saja dan langsung mendapatkan keseluruhan siluet mesjid—kubahlah, menara, hingga lengkung ukiran kayu di bagian pintu utama—semua tertangkap sempurna.

Masjid Camii Tokyo 28 Januari 2023


Aku memotret dari berbagai sudut: dari bawah menara dengan perspektif yang membuatnya tampak seperti menembus langit, dari samping untuk menampilkan harmoni desain Ottoman klasik dengan elemen Jepang di sekitarnya, bahkan dari dalam pagar besi yang melingkar agar terasa lebih intim.

Tapi momen terbaik datang saat azan Dzuhur berkumandang. Jamaah mulai berdatangan, beberapa berpakaian khas Turki, lainnya dalam balutan busana Jepang modern. Aku mengatur framing agar mesjid terlihat megah di latar belakang, dengan siluet orang-orang yang berjalan masuk sebagai narasi kehidupan yang nyata—bahwa mesjid ini bukan hanya bangunan, tapi tempat yang hidup.

Masjid Camii Tokyo, 28 Januari 2023, Jurnal Foto/ Ysw

Di dalam, langit-langit mesjid yang penuh ornamen kaligrafi membuatku terdiam sesaat. Dengan lensa wide, aku bisa menangkap keseluruhan interior dari bawah kubah hingga mihrab, dan cahaya yang masuk dari jendela kaca patri membuat suasana semakin sakral.

Setelah sesi memotret usai, aku duduk di pelataran, melihat hasil jepretan satu per satu. Rasanya seperti membawa pulang sebagian kecil keindahan Istanbul—di jantung kota Tokyo.

Previous Post Next Post

Formulir Kontak